Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir
yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan
dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme Berdasarkan
bentuknya, silogisme terdiri dari;
- Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di
antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan
membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
∴ Akasia membutuhkan air (Konklusi)
2. Silogisme hipotetik
Silogisme
hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotetik:
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya
naik becak.(mayor)
Sekarang
hujan.(minor)
∴ Saya naik becak (konklusi).
3. Silogisme alternative
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi berada
di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimen
Entimen
adalah penalaran deduksi secara langsung. Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Rantai Deduksi
Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal
dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat
pula berupa merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk
yang informal.
Contoh :
a.
Semua plecing kangkung pedas rasanya. (hasil generalisasi)
Kali ini saya diberi lagi plecing
kangkung.
Sebab itu, plecing kangkung ini juga
pasti pedas rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan makanan yang
pedas rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini adalah plecing kangkung pedas.
Sebab itu, saya tidak suka plecing
kangkung ini. (deduksi)
Saya tidak suka makan apa saja, yang
tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya tidak suka makanan ini.
Sebab itu saya tidak memakannya.
(deduksi)
b.
Semua jamu pahit rasanya. (hasil generalisasi)
Kali ini saya diberi lagi jamu.
Sebab itu, jamu ini juga pasti pahit
rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan minuman yang
pahit rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini adalah jamu pahit.
Sebab itu, saya tidak suka jamu ini.
(deduksi)
Saya tidak suka minum apa saja, yang
tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya tidak suka minuman ini.
Sebab itu saya tidak meminumnya.
(deduksi)
http://seviaindah.blogspot.com/2011/04/contoh-rantai-deduksi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
http://seviaindah.blogspot.com/2011/04/contoh-rantai-deduksi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar